Profil Desa Selandaka
Ketahui informasi secara rinci Desa Selandaka mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Selandaka, Sumpiuh, Banyumas. Dikenal sebagai sentra industri genteng Sokka, desa ini juga merupakan lumbung pangan vital. Mengupas potensi ekonomi, tantangan infrastruktur jalan usaha tani, dan risiko hidrologi di selatan Banyumas.
-
Sentra Industri Genteng Sokka
Desa Selandaka merupakan pusat utama produksi genteng Sokka tradisional di Kabupaten Banyumas, di mana sebagian besar warganya berprofesi sebagai pengrajin yang menopang perekonomian desa secara turun-temurun.
-
Penopang Ketahanan Pangan
Di samping industri genteng, Selandaka memiliki lahan pertanian padi yang luas dan produktif, menjadikannya salah satu desa penopang ketahanan pangan di Kecamatan Sumpiuh.
-
Tantangan Infrastruktur dan Hidrologi
Pembangunan dan pemeliharaan Jalan Usaha Tani (JUT) menjadi krusial untuk menunjang sektor pertanian, sementara letak geografisnya di dataran rendah menghadirkan tantangan banjir yang memerlukan penanganan berkelanjutan.

Di tengah hamparan lahan pertanian yang subur di Kecamatan Sumpiuh, Kabupaten Banyumas, terdapat sebuah desa yang denyut nadinya tidak hanya berdetak dari aktivitas agraris, tetapi juga dari kepulan asap tungku pembakaran tanah liat. Desa Selandaka, sebuah nama yang identik dengan produksi genteng Sokka berkualitas, merupakan potret nyata perpaduan antara tradisi industri kerajinan dan peran vital sebagai lumbung pangan. Desa ini memegang posisi unik sebagai pusat ekonomi berbasis kerajinan tangan yang diwariskan secara turun-temurun sekaligus sebagai penopang ketahanan pangan lokal.
Profil ini akan mengupas secara mendalam Desa Selandaka, menyoroti dua pilar utamanya: industri genteng yang legendaris dan sektor pertanian yang produktif. Berdasarkan penelusuran data dari situs pemerintah, pemberitaan media dan pemetaan wilayah, laporan ini menyajikan fakta mengenai kondisi geografis, struktur pemerintahan, dinamika ekonomi, serta tantangan pembangunan yang dihadapi desa secara objektif dan informatif.
Sejarah dan Asal-Usul Nama
Menurut cerita tutur yang berkembang di masyarakat, nama "Selandaka" memiliki akar budaya yang kuat. Nama tersebut diyakini berasal dari dua kata, yakni "Sela" yang berarti batu atau dalam konteks ini merujuk pada tanah liat sebagai bahan baku utama, dan "Landak", hewan yang kulitnya berduri. Gabungan kata ini menggambarkan aktivitas utama masyarakatnya yang mengolah tanah liat (sela
) menjadi genteng yang kokoh dan bertekstur khas. Keberadaan industri ini sudah berlangsung sangat lama, menjadikannya bagian tak terpisahkan dari identitas dan sejarah desa.
Secara administratif, Desa Selandaka telah melalui berbagai fase kepemimpinan yang membentuknya hingga sekarang. Pemerintahan desa, dari masa ke masa, terus berupaya menyeimbangkan antara pelestarian industri warisan dengan tuntutan pembangunan di sektor lain seperti pertanian dan infrastruktur.
Geografi dan Kondisi Wilayah
Desa Selandaka memiliki luas wilayah sekitar 171,98 hektare, terletak di bagian selatan Kabupaten Banyumas. Wilayahnya merupakan dataran rendah yang subur, sebuah karakteristik umum di Kecamatan Sumpiuh. Secara geografis, Desa Selandaka berbatasan langsung dengan desa-desa lain di dalam kecamatan yang sama. Adapun batas-batas wilayahnya ialah sebagai berikut:
- Sebelah UtaraDesa Kuntili
- Sebelah TimurDesa Karanggedang
- Sebelah SelatanDesa Karanggedang
- Sebelah BaratDesa Kemiri dan Kelurahan Sumpiuh
Topografi desa yang datar menjadikannya sangat cocok untuk pertanian padi sawah. Wilayah ini dialiri oleh beberapa saluran irigasi yang bersumber dari Sungai Reja dan Sungai Gatel, yang menjadi urat nadi bagi pengairan lahan pertanian. Namun seperti halnya desa tetangganya, Karanggedang, posisi di dataran rendah ini juga membawa konsekuensi berupa kerentanan terhadap bencana banjir saat musim hujan tiba, di mana luapan air sungai dapat menggenangi area persawahan dan permukiman.
Pemerintahan dan Dinamika Kependudukan
Pemerintahan Desa Selandaka dijalankan oleh seorang Kepala Desa beserta jajaran perangkat desa, yang bekerja sama dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam merumuskan kebijakan dan program pembangunan. Fokus pemerintahan saat ini tidak hanya pada pelayanan administrasi, tetapi juga pada upaya pemberdayaan ekonomi dan peningkatan infrastruktur penunjang. Program seperti pembangunan dan rehabilitasi Jalan Usaha Tani (JUT) menjadi salah satu prioritas untuk memudahkan akses petani ke lahan mereka.
Berdasarkan data kependudukan Kecamatan Sumpiuh, Desa Selandaka menjadi bagian dari populasi yang dinamis. Komposisi penduduknya didominasi oleh usia produktif yang sebagian besar terserap dalam dua sektor utama: industri genteng dan pertanian. Desa ini terbagi secara administratif menjadi beberapa dusun, Rukun Warga (RW), dan Rukun Tetangga (RT), yang mempermudah koordinasi dan pelayanan kepada masyarakat. Dinamika sosial di Selandaka sangat diwarnai oleh kultur kerja keras, baik sebagai pengrajin maupun sebagai petani.
Nadi Perekonomian: Industri Genteng Sokka Selandaka
Keistimewaan utama Desa Selandaka yang membedakannya dari desa-desa lain di Banyumas ialah industri genteng Sokka. Hampir di setiap sudut desa dapat ditemui tobong atau tempat pembakaran genteng, serta tumpukan genteng mentah yang sedang dijemur atau genteng matang yang siap dipasarkan. Industri ini merupakan mata pencaharian utama bagi mayoritas penduduk dan telah menghidupi generasi demi generasi.
Proses produksi genteng di Selandaka masih banyak mempertahankan cara-cara tradisional, yang diyakini menjaga kualitas produk. Tahapannya meliputi:
- Pengambilan Bahan BakuTanah liat berkualitas tinggi diambil dari area sekitar desa.
- Pengolahan dan PencetakanTanah liat diolah hingga kalis, kemudian dicetak secara manual atau menggunakan mesin pres sederhana.
- PengeringanGenteng yang telah dicetak dijemur di bawah sinar matahari hingga benar-benar kering.
- PembakaranProses terakhir ialah pembakaran di dalam tobong menggunakan kayu bakar atau sekam padi selama beberapa hari hingga genteng matang sempurna dengan warna merah bata yang khas dan suara nyaring saat diketuk, menandakan kepadatan dan kekuatannya.
Industri ini tidak hanya menciptakan lapangan kerja bagi para pengrajin, tetapi juga menumbuhkan sektor-sektor pendukung, seperti penyedia kayu bakar, jasa transportasi, dan pedagang. Genteng produksi Selandaka telah dipasarkan ke berbagai wilayah di Jawa Tengah dan sekitarnya, memiliki reputasi sebagai produk yang kuat dan tahan lama.
Meskipun demikian, para pengrajin menghadapi tantangan yang tidak ringan. "Persaingan dengan atap modern seperti galvalum dan genteng beton cukup berat. Selain itu, harga kayu bakar yang terus naik membuat biaya produksi meningkat," ungkap seorang pengrajin senior di sela-sela aktivitasnya. Inovasi produk, efisiensi energi untuk pembakaran, dan strategi pemasaran yang lebih modern menjadi kunci agar industri warisan ini dapat terus bertahan dan berkembang.
Sektor Pertanian: Penopang Ketahanan Pangan
Di samping hiruk pikuk industri genteng, Desa Selandaka tetap mempertahankan perannya sebagai wilayah agraris yang penting. Lahan sawah yang terhampar luas di desa ini ditanami padi sebagai komoditas utama. Aktivitas pertanian menjadi pilar kedua yang menopang perekonomian desa, menyediakan ketahanan pangan bagi warganya dan memberikan alternatif penghasilan selain dari industri genteng.
Sistem irigasi yang memadai menjadi faktor kunci keberhasilan sektor ini. Para petani yang tergabung dalam kelompok tani (gapoktan) bekerja sama dalam mengelola air dan jadwal tanam. Namun, tantangan yang dihadapi petani serupa dengan desa-desa tetangga, yakni ancaman banjir yang dapat menyebabkan gagal panen serta fluktuasi harga gabah di pasaran.
Untuk mendukung sektor ini, pemerintah telah mengalokasikan anggaran untuk pembangunan infrastruktur pertanian. Salah satu program yang signifikan ialah pembangunan Jalan Usaha Tani (JUT). Berdasarkan pemberitaan lokal, pada tahun 2023, pemerintah desa membangun JUT sepanjang 283 meter dengan lebar 2,5 meter di area Grumbul Kalimera. Proyek ini sangat vital karena memudahkan petani dalam mengangkut alat pertanian, pupuk, dan hasil panen dari sawah, sehingga dapat menekan biaya operasional dan meningkatkan efisiensi.
Infrastruktur dan Tantangan Pembangunan
Pembangunan infrastruktur di Desa Selandaka terus berjalan, namun dihadapkan pada tantangan kondisi geografis dan kebutuhan yang besar. Prioritas utama ialah peningkatan kualitas jalan, baik jalan desa maupun Jalan Usaha Tani. Kondisi jalan yang baik merupakan prasyarat untuk kelancaran distribusi genteng dan hasil pertanian, dua komoditas andalan desa.
Di bidang pendidikan, desa ini memiliki fasilitas pendidikan dasar seperti Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) untuk memastikan anak-anak usia sekolah mendapatkan akses pendidikan yang layak. Untuk layanan kesehatan, Posyandu menjadi garda terdepan dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak, yang berjalan secara rutin di setiap dusun.
Tantangan utama yang bersifat struktural ialah manajemen risiko bencana. Posisi desa di dataran rendah menuntut adanya sistem mitigasi banjir yang efektif. Upaya normalisasi sungai, perbaikan tanggul, dan yang terpenting, peningkatan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai, menjadi agenda krusial yang membutuhkan kerja sama berkelanjutan antara pemerintah desa, masyarakat, dan instansi terkait di tingkat kabupaten.
Secara keseluruhan, Desa Selandaka menampilkan wajah sebuah desa yang produktif dan berdaya. Kekuatan utamanya terletak pada dualisme ekonomi yang saling menopang: industri genteng sebagai warisan budaya yang bernilai ekonomis tinggi dan sektor pertanian sebagai fondasi ketahanan pangan. Tantangan ke depan ialah bagaimana memodernisasi industri genteng tanpa kehilangan identitasnya, meningkatkan nilai tambah produk pertanian, serta membangun infrastruktur yang tangguh dan adaptif terhadap risiko bencana. Dengan pengelolaan potensi yang cerdas dan kolaboratif, Desa Selandaka berpeluang besar untuk terus tumbuh menjadi pusat ekonomi kerakyatan yang maju dan sejahtera di Kabupaten Banyumas.